Ternyata kita masih di sini. Di dunia ini. Hidup dan belum mati. Mungkin ada duka di antara kita. Yang sakit, yang dicoba, atau yang diuji dengan bencana. Tapi sesungguhnya, keseluruhan hidup kita adalah karunia. Di tubuh kita ada banyak tanda cinta-Nya. Mata, telinga, mulut, tangan, dan banyak lagi lainnya. Di sekeliling kita banyak perlambang kasih sayang-Nya. Ada udara yang kita hirup cuma-cuma. Meski tak semuanya segar. Ada matahari yang bersinar terang. Ada hujan yang setia membasahi tanah-tanah kering dan bebatuan.

Alangkah luas kasih sayang Allah. Allah SWT mengingatkan kita, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesugguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.An-Nahl ayat18).

Saudaraku,
Tetapi, lebih dari itu. Ada cinta dan kasih sayang yang sangat diperlukan manusia. Yaitu ampunan Allah atas hamba-hamba-Nya. Perhatikanlah dalam-dalam, bagaimana Rasulullah menggambarkan besarnya cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bahkan telah melakukan kesalahan. Asalkan mereka mau bertaubat.

“Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya ketimbang seorang yang kehilangan hewan kendaraannya di daerah tak bertuan. Hewan beserta makanan, minuman dan segala perbekalannya hilang. Orang itu putus asa untuk menemukan hewan kendaraannya. Ia datang ke sebuah pohon dan tertidur di bawah naungannya. Tapi tiba-tiba ketika bangun, hewan yang hilang itu berdiri di sisinya. Ia pun memegang tali kekangnya. Saking gembiranya ia salah ucap dan mengatakan, “Ya Allah engkau hambaku sedang aku Tuhanmu…” (HR Muslim).

Apa yang terlintas dalam benak kita, jika orang yang sangat kita cintai dan kita kasihi ditawan musuh? Kita tidak bisa melihat dan mendekatinya, padahal kita tahu kekejaman dan keburukan musuh itu. Mungkin ia akan menyiksa orang yang sangat kita cintai itu. Tapi ternyata kemudian, orang yang kita kasihi itu dapat melepaskan diri dari cengkraman musuh, lalu ia datang kepada kita tanpa diduga. Kita pasti sangat gembira dan bahagia.

Kita tentu tidak sedang menyamakan bahagia manusiawi kita dengan bahagia Allah. Karena itu tidak dibolehkan. Tetapi yang pasti, orang yang bertaubat kepada Allah dari lumpur dosa dan kedzaliman, sama dengan orang yang berlepas diri dari tawanan syetan dan hawa nafsu. Ia terbebas lalu kembali ke jalan yang semestinya.

Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitab Al Jawabul Kafi menyinggung masalah ini. Ia menjelaskan bahwa syetan itu musuh. Syetan telah melakukan kedurhakaan dan bertekad untuk mempengaruhi manusia agar durhaka dan melawan perintah Allah. Allah mengetahui bagaimana keji dan buruknya syetan. Ia akan menyimpangkan manusia ke jalan hidup yang penuh derita dan kepedihan. Karenanya, sebagai bukti cinta-Nya kepada kita, Ia tunjukkan kita tabiat syetan itu, lalu Ia beritahukan juga cara menghadapi tipu daya syetan itu. Dan, Allah juga menghamparkan kepada manusia pintu taubat-Nya, bagi yang tergelincir oleh godaan itu.

Saudaraku,
Yakini dan ingat selalu, besarnya kecintaan dan kasih sayang Allah SWT itu. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Allah senang bila hamba-hamba-Nya kembali pada-Nya dan berdiri di ambang pintu-Nya. Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat keburukan pada siang harinya dan membentangkan Tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat keburukan pada malam harinya. Lalu, bila malam dan siang terbentang pintu taubat, apa lagi yang kita tunggu?

Dengarkanlah apa yang diuraikan seorang salafusalih di zaman Tabi’in, Fudhail bin lyadh: “Jika malam sudah berbaur dengan kegelapan dan tabir malam sudah menjulur, maka Allah Dzat yang Maha Agung berfirman, ‘Siapakah yang lebih murah hati dari pada Aku? Meski semua makhluk durhaka kepada-Ku, maka Aku tetap mengawasi mereka. Aku melindungi mereka di tempat tidur, seakan mereka tak pemah durhaka pada-Ku. Aku menjaga mereka, seolah mereka tidak pernah berbuat dosa. Aku limpahkan karunia pada orang durhaka dan orang yang melakukan keburukan. Siapa yang berseru pada-Ku dan Aku tidak menerimanya? Siapa yang meminta padaku dan Aku tidak memberinya? Siapa yang mengetuk pintu-Ku lalu Aku mengusirnya? Aku adalah karunia dan dari-Ku datangnya karunia. Aku adalah kemurahan dan dari-Ku lah datangnya kemurahan. Aku lah Yang Maha Mulia dan dari-Ku datangnya kemuliaan. Di antara kemuliaan-Ku adalah Aku mengampuni orang-orang yang durhaka sekalipun dia melakukan berbagai macam kedurhakaan. Di antara kemuliaan-Ku ialah aku memberi apa yang diminta hamba dan Aku juga memberi hamba yang tidak meminta pada-Ku. Di antara kemuliaan-Ku adalah Aku memberi ampunan pada orang yang bertaubat seakan dia tak pernah durhaka pada-Ku. Kemanakah makhluk yang lari meninggalkan Aku? Kemanakah orang-orang durhaka yang meninggalkan pintu-Ku.” (Hilyatul Aulia, 8/92-93)

Yahya bin Muadz berkata, “Maaf Allah itu bisa menenggelamkan dosa-dosa. Bagaimana dengan keridhaan Allah? Keridhaan Allah itu bisa memenuhi semua harapan. Bagaimana dengan cinta-Nya? Cinta Allah itu bisa mengalahkan logika. Bagaimana dengan kasih sayangnya? Kasih sayang Allah itu dapat membuat orang tidak memerlukan apapun. Maka, barang siapa yang mencintai selain Allah (lebih dari cintanya kepada Allah, atau cinta yang dilarang Allah), itu karena kebodohan dan kependekan pengetahuannya tentang Allah.”

Saudaraku,
Kita semua pasti senang disayang dan dicintai Allah. Itu bukan pilihan sukarela, mau atau tidak mau. Tetapi kita memang perlu kasih sayang itu. Maka, jangan halangi turunnya cinta dan kasih sayang-Nya. Kita sudah terlalu banyak melakukan kesalahan. Segeralah kembali kepada Allah SWT. Ucapkanlah istighfar, mohonlah maaf dan ampunan.

Mintalah juga orang lain untuk mendo’akan kita, agar Allah mengampuni dosa kita. Mintalah kepada mereka, terutama orang-orang yang kita anggap dosa dan kesalahannya lebih ringan dari kita. Umar bin Khattab, Amirul Mukminin yang terkenal kekuatan dan ketegasannya dalam menjauhi larangan Allah, pernah meminta pada anak-anak agar memohonkan ampunan baginya. “Kalian belum mengenal dosa,” kata Umar.

Saudaraku,
Mari sama-sama saling mendo’akan, agar Allah SWT mengampuni dosa dan kekhilafan kita… Agar Allah terus mencurahkan kasih dan sayang-Nya. Agar jalan hidup kita bersinar terang. Selagi kita masih diberi waktu. Wallahu’alam.

Sumber: Generasi Ghuraba